Banyuwangi adalah nama sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten ini terletak di daerah yang disebut Tapal Kuda. Secara geografis, Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan Kabupaten Situbondo di utara, Selat Bali di timur, Samudera Hindia di selatan, dan Kabupaten Jember serta Kabupaten Bondowoso di barat.
Kabupaten yang terletak di ujung timur Pulau Jawa ini memiliki motto “Satya Bhakti Praja Mukti”. Dalam Bahasa Indonesia, motto tersebut berarti “setia pada bakti untuk masyarakat makmur”. Sedangkan semboyan kabupaten ini adalah Banyuwangi Bahagia dengan “bahagia” sebagai akronim dari ‘berakhlak, sejahtera, guyub, indah, dan aman’.
Slogan kabupaten ini adalah The Sunrise of Java serta memiliki julukan sebagai Kota Gandrung, Bumi Blambangan, Kota Osing, Kota Santet, Kota Pisang, Kota Banteng, dan Kota Festival. Semua julukan ini menandakan keunikan Banyuwangi.
Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten terluas di Pulau Jawa dengan luas wilayah mencapai 5.782,50 kilometer persegi. Bahkan, luas Kabupaten Banyuwangi lebih luas daripada Pulau Bali yang hanya 5.636,66 kilometer persegi. Populasi kabupaten ini, menurut catatan tahun 2012, adalah 2,1 juta jiwa.
Secara demografis, masyarakat Banyuwangi mayoritas adalah suku Osing, diikuti dengan suku Jawa, suku Madura, etnis Tionghoa, suku Bali, suku Bugis, dan bangsa Melayu. Bahasa yang digunakan masyarakat adalah bahasa Indonesia, bahasa Osing, dan bahasa Jawa.
Banyuwangi adalah bagian dari Kerajaan Hindu Blambangan pada pertengahan abad ke-17. Kerajaan ini dipimpin oleh Pangeran Tawang Alun. VOC menganggap Blambangan sebagai wilayah kekuasannya secara administratif berdasarkan penyerahan kekuasaan Jawa bagian timur, termasuk Blambangan, oleh Paku Buwono II kepada VOC. Padahal, Kerajaan Mataram Islam pada waktu itu tidak pernah bisa menguasai daerah Blambangan. Saat itu, Blambangan adalah Kerajaan Hindu terakhir di Pulau Jawa.
Meskipun demikian, VOC tidak pernah benar-benar menancapkan kekuasaan hingga ketika pemerintah Inggris datang ke Blambangan pada akhir abad ke-17. Ketika itu, pemerintah Inggris menjalin hubungan dagang dengan Blambangan. Mereka membangun kantor dagang Inggris yang sekarang ini dikenal sebagai “kompleks Inggrisan”.
Pada akhir abad ke-18, VOC mengamankan kekuasaan atas Blambangan. Tindakan VOC menimbulkan perang besar selama lima tahun yaitu pada 1767 hingga 1772. Selama perang, ada satu pertempuran dahsyat yang akhirnya dikenal dengan nama Puputan Bayu. Pertempuran tersebut adalah upaya terakhir Kerajaan Blambangan untuk melepaskan diri dari kekuasaan VOC. Pertempuran yang terjadi pada tanggal 18 Desember 1771 itu akhirnya ditetapkan sebagai hari jadi Banyuwangi. VOC memenangkan pertempuran dan mengangkat R. Wiroguno I sebagai Bupati Banyuwangi pertama. Pengangkatan ini menandai runtuhnya Kerajaan Blambangan.
Pariwasata di Kabupaten Banyuwangi yang paling digemari adalah wisata alam. Julukan The Sunrise of Java mengacu pada fakta bahwa Banyuwangi adalah daerah pertama yang terkena sinar matahari terbit di Pulau Jawa. Selain wisata alam, wisata seni budaya juga cukup digemari mengingat Banyuwangi adalah asal dari Tari Gandrung, festival Banyuwangi Ethno Carnival, dsb.
Masakan khas Banyuwangi cukup banyak serta bermacam-macam jenisnya. Ada masakan tradisional, jajanan tradisional, dan oleh-oleh khas Banyuwangi. Berikut di antaranya: Pelasan Oling, Bothok Tawon, Jangan Klenthang, Rujak Soto, Pecel Thotol, Lak-lak, Sambel Pindang, Ayam Pedas Genteng, Bagiak, Sale Pisang Barlin, Kolak Gepuk, Dodol Salak, Karang Emas, Manisan Kolang-kaling, Ladrang, Kacang Tanah Open Asin, Ketan Kirip, Secang, Selasih, Setup Semarang, Caok, Ronde, Angsle, Es Gedang Ijo, Awug, Precet, Bikang, Setupan Polo, Ketot, dan Apem Takir.
Untuk mengunjungi destinasi-destinasi wisata di Kabupaten Banyuwangi, Anda dapat memanfaatkan layanan sewa mobil DOcar. Caranya, cari “sewa mobil DOcar” di GooglePlay dan pasang segera di ponsel pintar Anda.