Kota Pontianak adalah ibu kota Provinsi Kalimantan Barat. Secara astronomis, kota ini terletak di koordinat 0°01′LS 109°20′BT. Karena dilewati garis katulistiwa, kota ini lantas dikenal sebagai Kota Khatulistiwa.
Luas wilayah Kota Pontianak adalah 107,82 kilometer persegi. Populasi kota ini, menurut catatan tahun 2010, adalah 554. 764 jiwa. Kepadatan kota adalah 5.145 per kilometer persegi.
Selain dilewati garis khatulistiwa, Kota Pontianak juga dilalui oleh dua sungai; Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Kedua sungai tersebut diabadikan dalam lambang Kota Pontianak. Sungai Kapuas adalah sungai terpanjang di Indonesia dengan panjang sungai 1.143 kilometer. Sedangkan Sungai Landak adalah anak Sungai Kapuas yang berada di tengah Kota Pontianak.
Asal usul kata Pontianak berasal dari bahasa Melayu. Kisah Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie, Sultan pertama Kerajaan Pontianak, yang sering diganggu hantu Kuntilanak saat menyusuri Sungai Kapuas, disebut-sebut mengilhami penamaan kota tersebut. Dia diganggu hantu Kuntilanak ketika akan menentukan tempat pendirian istana. Syarif Abdurrahman terpaksa harus memerangi hantu Kuntilanak dengan melepaskan tembakan meriam untuk mengusirnya.
Kota Pontianak didirikan oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie pada hari Rabu, 23 Oktober 1771. Pusat pemerintahan berada di Masjid Jami’ yang kini bernama Masjid Sultan Syarif Abdurrahman dan Istana Kadariah.
Namun, menurut sejarawan Belanda, V. J. Verth, mengisahkan pendirian Kota Pontianak yang sedikit berbeda dengan versi cerita masyarakat. Dia menulis versinya di buku Borneos Wester Afdeling.
Seperti wilayah lain di seluruh Nusantara, banyak peristiwa bersejarah terjadi di Kota Pontianak. Peristiwa-peristiwa tersebut membuat status kota selalu berubah. Pada tahun 1953, Pontianak menjadi kota praja. Pada tanggal 31 Desember 1965, Kota Praja Pontianak diganti menjadi Kotamadya Pontianak. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 mengubah Kotamadya Pontianak menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Pontianak. Lalu, menurut Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan di Daerah, sebutan Kotamadya Pontianak berubah menjadi Kota Pontianak.
Keanekaragaman latar belakang budaya di Pontianak membuat kota ini memiliki banyak ritual budaya. Pesta syukur atas kelimpahan panen, Gawai, berasal dari tradisi suku Dayak. Sedangkan masyarakat Tionghoa merayakan pesta tahun baru Imlek, Cap Go Meh, dan perayaan Cheng Beng atau Kuo Ciet. Pariwisata budaya seperti inilah yang dinikmati turis Pontianak.
Tugu Khatulistiwa di Pontianak Utara merupakan tempat wisata landmark paling populer. Ikon kota ini berada sekitar tiga kilometer dari pusat kota. Tugu tersebut dianggap berada di tengah garis bumi. Jika wisatawan mengunjunginya pada tanggal 21-23 Maret atau 21-23 September, mereka akan mendapati matahari tepat di atas kepala sehingga semua benda yang berada di garis khatulistiwa tidak memiliki bayangan.
Kunjungi berbagai destinasi wisata di Pontianak bersama DOcar. Sewa mobil jadi lebih mudah cukup pesan lewat aplikasi Android. Unduh gratis aplikasi DOcar di Google PlayStore sekarang!
Selain wisata budaya, keanekaragaman suku bangsa di Pontianak berdampak pada banyaknya masakan khas Kota Pontianak. Masakan Tionghoa menjadi primadona masakan-masakan khas di kota tersebut. Sebut saja; Sio Bi, Tun Koi, Yam Mi, Kaloci, Ki Cang, Kengci Kwetiau, Bakcang, Gwek Pia, Kwe Cap, Kwe Kia Theng, Peng Kang, Pwe Kie Mue, Tau Swan, Sotong Pangkong, Hu Ju, dll.